Tetapi tahukah kamu, selain mukjizat-mukjizat yang menyertainya ketika memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, Musa juga memiliki beberapa catatan kehidupan yang unik.
1. Ketika bayi, Musa “dibuang” oleh orang tuanya
Ya, bayi Musa terpaksa dibuang oleh kedua orang tuanya karena mereka takut dengan raja Mesir yang memerintahkan untuk membunuh semua bayi keturunan Ibrani (bangsa Israel). Orang-orang Ibrani itu adalah keturunan Yakub. Mereka dulu mengungsi ke Mesir karena bencana kelaparan. Awalnya, keberadaan mereka diterima dengan baik karena Yusuf, salah satu keturunan Yakub, menjadi orang yang sangat berkuasa di Mesir. Namun setelah beberapa generasi, Mesir dipimpin oleh seorang raja yang tidak mengenal Yusuf. Karena orang-orang Ibrani makin bertambah banyak dan dikhawatirkan bisa mengadakan pemberontakan, maka raja Mesir itu menindas mereka dan berusaha menghabisi semua bayi laki-laki yang dilahirkan oleh orang-orang Ibrani.
Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; (Kel. 2:3)
2. Musa dibesarkan sebagai bangsawan di Mesir
Walaupun terlahir dari orang tua Ibrani, Musa diangkat anak oleh putri Firaun. Bahkan, nama Musa (artinya: “diangkat dari air”) juga diberikan oleh putri Firaun. Dengan kata lain, Musa adalah seorang bangsawan Mesir. Dengan status setinggi itu, wajar jika Musa mendapatkan pendidikan yang sangat baik. Tanpa dia tahu, sesungguhnya ini pun merupakan persiapan yang diberikan Tuhan. Keterampilan-keterampilan yang didapatnya di Mesir ini kelak sangat berguna bagi Musa dalam menjalani panggilan Tuhan.
Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: “Karena aku telah menariknya dari air.” (Kel. 2:10)
Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya. (Kis. 7:22)
Apakah dengan mengenyam pendidikan terbaik di Mesir, Musa melupakan dirinya sebagai umat pilihan Tuhan? Ternyata tidak. Musa tetap disusui oleh ibu kandungnya sendiri. Kemungkinan besar, ibunya juga memberikan pemahaman-pemahaman dasar kepada Musa sebagai orang Israel. Itulah sebabnya ketika dewasa Musa tidak ragu untuk menunjukkan jati dirinya dan rela meninggalkan kehidupan yang mewah di Mesir (lihat poin ketiga).
5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. 6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: “Tentulah ini bayi orang Ibrani.” 7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: “Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?” 8 Sahut puteri Firaun kepadanya: “Baiklah.” Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. 9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: “Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.” Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. (Kel. 2:5-9)
23 Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. 24 Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, 25 karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. (Ibr. 11:23-25)
3. Musa memiliki catatan kriminal di masa mudanya
Jika kamu pernah merasa putus asa dengan masa lalu yang kelam, itu keliru. Musa ternyata juga mempunyai masa lalu yang kelam. Tidak hanya pernah “dibuang” oleh orang tuanya, tetapi dia juga memiliki catatan kriminal. Apa itu? Pembunuhan! Suatu kali, dia melihat budak Ibrani berkelahi dengan pengawas Mesir. Sebagai keturunan Ibrani, darah Musa mendidih. Dia lalu memukul pengawas tersebut hingga tewas. Kabar tersebut sampai ke telinga Firaun. Firaun sangat marah dan berikhtiar untuk membunuh Musa.
Karena takut, Musa melarikan diri ke Midian. Di sana dia menikah dengan perempuan Midian yang bernama Rehuellah Zipora. Selama kurang lebih 40 tahun, Musa lalu menjadi penggembala kambing domba mertuanya.
Walaupun dibesarkan di kalangan elit Mesir, Musa tetap memiliki solidaritas yang besar terhadap bangsanya. Sayangnya, dia belum mampu menyikapi sesuatu dengan benar sehingga terjadilah pembunuhan itu. Nantinya Musa akan ditempa karakternya oleh Tuhan, baik ketika menjadi penggembala kambing domba maupun penggembala bangsa Israel.
11 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. 12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. (Kel. 2:11-12)
24 Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, 25 karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa. (Ibr. 11:24-25)
4. Musa menerima panggilan Tuhan pada usia 80 tahun
Mungkin kamu bayangkan, dengan perjalanan panjang yang dilalui Musa, maka pastilah dia masih muda ketika menerima panggilan Tuhan. Keliru. Musa pertama kali menerima panggilan Tuhan pada usia yang tidak muda lagi, yaitu 80 tahun. Dan sebelum itu, dia hanyalah seorang penggembala kambing domba.
Perjalanan hidup Musa bisa dibagi menjadi tiga bagian. Usia 0-40 tahun sebagai bangsawan di Mesir. Usia 40-80 tahun sebagai penggembala kambing domba di Midian. Terakhir, usia 80-120 tahun sebagai pemimpin bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun.
Banyak orang merasa terlalu tua. Terlalu tua untuk kembali belajar…. Terlalu tua untuk berganti pekerjaan…. Atau terlalu tua untuk mengambil pelayanan tertentu… Ingat, Musa memulai karir pelayanannya “secara resmi” pada usia 80 tahun! Jangan pernah merasa terlalu tua untuk memulai sesuatu, apalagi kalau masih berusia 20-30-an tahun.
1 Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. 2 Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. 3 Musa berkata: “Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?” 4 Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: “Musa, Musa!” dan ia menjawab: “Ya, Allah.” 5 Lalu Ia berfirman: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.” (Kel. 3:1-5)
5. Musa pernah membuat Tuhan murka karena enggan menerima panggilan-Nya
Semua orang Kristen pasti mengakui bahwa panggilan Tuhan adalah mulia. Tetapi, tidak jarang panggilan itu dirasa terlalu berat. Musa salah satu yang mendapat berpikir demikian. Karena itulah, ketika Tuhan memerintahkan Musa untuk mengeluarkan bangsanya dari tanah Mesir, Musa sempat ngeyel dan beberapa kali berbantah dengan Tuhan. Sampai-sampai, Tuhan murka (Kel. 4:14). Musa enggan menerima panggilan Tuhan ini karena dia tahu betul sifat bangsanya.
Jika kamu berada di posisi Musa, apakah kamu juga akan melakukan hal yang sama? Jika Tuhan mengutus kamu untuk melakukan suatu pelayanan bagi-Nya, berdoalah minta hikmat dan kekuatan. Roh Kudus pasti akan memberimu kekuatan.
Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” (Kel. 3:11)
Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? — apakah yang harus kujawab kepada mereka?” (Kel. 3:13)
Lalu sahut Musa: “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?” (Kel. 4:1)
Lalu kata Musa kepada TUHAN: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.” (Kel. 4:10)
Tetapi Musa berkata: “Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.” (Kel. 4:13)
Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: “Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya. (Kel. 4:14)
6. Musa adalah orang yang sangat lembut hatinya
Mungkin kamu menganggap bahwa sebagai seorang pemimpin, apalagi yang memimpin bangsa yang tegar tengkuk, maka Musa pastilah orang yang keras hatinya. Tetapi, Alkitab justru mencatat bahwa hati Musa sangat lembut. Sampai-sampai, dia mendapat perlawanan dari saudara kandungnya sendiri, yaitu Miryam dan Harun. Namun akhirnya, Tuhan sendiri yang membela Musa. Miryam lalu diberi hukuman dengan penyakit kusta.
Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. (Bil. 12:3)
7. Musa memimpin sekitar dua juta orang di padang gurun
Ya! Kamu tidak salah baca: dua juta orang! Alkitab mencatat bahwa rombongan bangsa Israel yang keluar dari Mesir berjumlah kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki. Itu tidak termasuk anak-anak dan perempuan. Jadi menurut perhitungan para ahli, totalnya ada sekitar dua juta orang.
Kamu mungkin pernah kewalahan memimpin belasan atau puluhan orang, baik itu sebagai ketua kelas, ketua panitia, atau ketua komisi pelayanan di gereja. Bayangkan kesulitan yang dihadapi Musa. Jika kapasitas tempat duduk di stadion Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta sekitar 88.000 kursi, maka orang yang dipimpin Musa cukup untuk memenuhi 22 stadion GBK! Tambahan lagi, orang sebanyak itu bukan hanya duduk diam, tetapi mengembara di padang gurun. Harus bongkar pasang tenda, dan sebagainya. Dan jangan lupa, bangsa yang dipimpin Musa itu dikatakan Tuhan sebagai bangsa yang tegar tengkuk/keras kepala (Kel. 32:9). Bayangkan betapa berat beban Musa…
37 Kemudian berangkatlah orang Israel dari Raamses ke Sukot, kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak. 38 Juga banyak orang dari berbagai-bagai bangsa turut dengan mereka; lagi sangat banyak ternak kambing domba dan lembu sapi. (Kel. 12:37-38)
8. Musa tidak ikut menikmati buah dari pelayanannya
Siapa sih yang tidak suka menikmati hasil kerja keras? Tetapi bagi para pelayan Tuhan, bukan itu yang utama. Apapun hasilnya, seorang pelayan Tuhan hanya diminta taat mengerjakan panggilan-Nya. Musa pernah “kelepasan” waktu bangsa Israel bersungut-sungut kekurangan air di Meriba. Musa marah. Tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan Tuhan, dia memukulkan tongkatnya ke batu dan keluarlah air dari situ.
Bermula dari peristiwa itulah, Tuhan menyatakan kepada Musa bahwa dia tidak akan ikut menemani bangsanya untuk masuk ke tanah Kanaan. Kecewa? Mungkin. Tetapi walaupun begitu, Musa tetap menerima bagian yang luar biasa karena memasuki tanah Kanaan surgawi.
12 Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.” 13 Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di antara mereka. (Bil. 20:12-13)
9. Misteri melingkupi kematian Musa
Banyak tokoh dunia yang kematiannya diliputi misteri. Sebut saja Bruce Lee (ahli beladiri paling terkenal). Atau Kurt Cobain (vokalis Nirvana). Ternyata, kematian Musa pun diliputi berbagai misteri. Salah satunya, tidak seorang pun yang tahu di mana letak kuburan Musa.
5 Lalu matilah Musa, hamba TUHAN itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman TUHAN. 6 Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini. 7 Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang. 8 Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu. (Ul. 34:5-8)
Misteri lain yang melingkupi seputar mayat Musa juga tercatat di dalam Perjanjian Baru. Hingga kini, para ahli belum mendapat jawaban yang pasti mengenai apa sebenarnya peristiwa yang menjadi latar belakang ayat ini.
Tetapi penghulu malaikat, Mikhael, ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa, tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan, tetapi berkata: “Kiranya Tuhan menghardik engkau!” (Yud. 1:9)
10. Musa adalah nabi terbesar bangsa Israel
Memimpin dua juta orang keluar dari perbudakan. Mengirim 10 tulah yang menakutkan di Mesir. Membelah laut Teberau. Menulis hukum Taurat. Penulis Alkitab paling produktif (jika dihitung, kitab-kitab Taurat Musa memiliki porsi 20% dari keseluruhan Alkitab). Apa lagi yang kurang? Tidak heran, Musa layak diangkat sebagai nabi terbesar dalam Perjanjian Lama.
Tetapi sebenarnya, ada yang lebih hebat dibanding Musa. Siapa? Allah sendiri! Kalau kamu membaca kitab-kitab Taurat baik-baik, kamu akan mengerti bahwa Musa itu sebenarnya sama seperti kita. Dia punya banyak kelemahan. Dia punya masa lalu yang kelam. Dan dia juga pernah melakukan pekerjaan remeh, yaitu menggembalakan kambing domba, selama 40 tahun. Namun di balik itu semua, Allah membentuk karakter dan memakai pengalaman Musa untuk menggenapi rencana-Nya. Allah mengubah Musa, yang tadinya bukan siapa-siapa, menjadi salah satu tokoh kepemimpinan terbesar yang pernah hidup.
10 Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel, 11 dalam hal segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah TUHAN di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya, 12 dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel. (Ul. 34:10-12)
Jika mengamati fakta-fakta tentang Musa seperti itu, pelajaran apa yang dapat diambil?
Pertama, panggilan Tuhan tidak bergantung pada kemampuan kamu, namun pada anugerah Tuhan. Walaupun begitu, bukan berarti kamu boleh meremehkan persiapan untuk melayani. Ingat, Musa sempat mengenyam pendidikan terbaik di Mesir. Sebelum menggembalakan umat Israel di padang gurun, dia juga sudah belajar menggembalakan kambing domba selama 40 tahun, kenal betul tantangan padang gurun seperti apa.
Kedua, jika sudah yakin bahwa Tuhan memanggil kamu dalam suatu pelayanan, maka jangan ragu lagi. Apapun rintangan yang akan kamu hadapi, maka Tuhan pasti akan memberikan penyertaan-Nya. Panggilan pelayanan ini tidak harus di gereja ya…. Bisa juga Tuhan memanggilmu untuk studi di jurusan tertentu, atau bekerja di tempat tertentu. Apapun itu, ingat selalu untuk menjalaninya bersama Tuhan.
Ketiga, ini yang perlu diperhatikan juga… Ada pepatah “bukan langkah pertama yang penting, tetapi langkah terakhir.” Artinya, banyak orang yang begitu bersemangat dalam menjalani panggilan Tuhan di awal. Namun karena suatu hal, mereka gagal melakukannya. Demikian pula yang terjadi dengan Musa.
Semoga kita sekalian dapat belajar dari kisah hidup Musa ya…. Jangan ragu untuk mengikut Tuhan, dan jangan ragu pula untuk menjalani panggilan Tuhan. Jika Tuhan menyertai Musa, maka Tuhan juga pasti akan menyertai kita. Amin.